BELLA, WE LOVE YOU!

Bela Comel 
Masih ingat dengan Bella pada cerita sebelumnya
Bella si cantik yang berbisul kepalanya?

Usai kembali dari UPT. Klinik Hewan, Bella menjadi lebih aktif dan ceria. Adiknya juga bersikap yang sama. Berat badan mereka berdua bertambah. Adiknya juga semakin aktif bermain bersama abang angkatnya, si Pompom. Pompom badannya yang berwarna hitam dan perut berwarna putih merupakan kucing berketurunan negara Indonesia (lokal) mudah berbaur dengan Bella dan adiknya yang merupakan campuran atau blasteran. Mereka bertiga selalu bermain kadang si Pompom yang berbadan lebih besar suka menggigit leher mereka berdua kelewat batas.
Pompom kucing lokal, nama Pompom dibuat sesuai asalnya dari pom bensin (SPBU daerah jalan adam malik)
Nafsu makan Bella dan adiknya juga semakin meningkat. Setiap aku memegang sesuatu dan memasukkannya ke mulutku, meskipun itu buah pepaya. mereka bedua meluru cepat menujuku, sambil menatap mataku dan sesekali mengeong-ngeong keras meminta sedikit makanan yang kupegang. Jika saja mereka Pompom akan kucocolkan ke mulutnya, karena Pompom si pemakan segala selalu bahagia jika dicocolkan apapun itu kemulutnya. Cincau dan pepaya saja dimakannya apalagi yang lain. 

Sedikit bercerita ya, diawal Nida membawa pulang Bella dan adiknya dari rumah salah seorang seniornya saat dikampus Bang Fahri, dari Jalan Binjai, aku melihat bobot badan Bella lebih besar dan sehat dari adiknya. Pertama kali mereka menginjakkan kaki dirumah ini saja, Bella yang sangat aktif melompat kesana kemari. Bersembunyi dibalik kotak saat melihat kucing abang-abang dirumah ini mencoba mendekatinya. Kebetulan dirumah kami semua kucing jantan, kecuali si Stripi dan Lampiari. Jumlah 11 ekor anabul termasuk Bella dan adikna dirumah ini sudah cukup membuat kami bertanggungjawab dan siap tidak liburan sekaligus karena tidak memungkinkan pergi liburan jika 11 ekor ini tidak ada yang menjaganya. 
Adik Bella
Begitulah menjadi seorang pemelihara kucing, tidak boleh membiarkan kucing-kucing dalam keadaan lapar, dikhawatirkan akan menyebabkan naluri liarnya keluar dan menyerang satu sama lain saat lapar melanda. Nah, kembali pada kisah Bella, sepekan setelah proses pengobatan di UPT. Klinik Hewan Pemrov .SU, Bella dan adiknya terlihat sehat. Perut adiknya gendut dan padat sedangkan perut Bella semakin menyusut. Aku sedikit heran tapi aku tidak biasa memberikan diagnosa sendiri pada kucing, karena aku bukan dokter keles!. 

Sejak hari senin kemarin, bobot badan Bella terlihat menyusut dan seperti biasa aku tidak mau bersuuzon karena bulu Bella memang tebal dan halus, apalagi hari Minggu kemarin baru dimandikan dengan air hangat dan sabun baby Cusson, jadi menurutku mungkin itu hanya kamuflase bulunya yang tebal dan hal tersebut bukanlah masalah besar.

Hari Selasa, Bella sedikit lemah namun masih mau untuk makan makanan yang disediakan nida. Aku mengabaikan kondisi Bella dan menyibukkan diri dengan kegiatan menulisku dan memasak serta mengurus ummi yang sedang cedera sendi tangan kanan beliau, sehingga tangan kanan beliau terpaksa digendong menggunakan kain gendongan tangan

Hari ini, dari pagi Bella sudah terlihat semakin lemah, bahkan berkali-kali minum tapi tidak mau makan, dan saat berjalan Bella sangat tidak stabil. Sedikit meper dan oyong. Sesekali badannya terjatuh lemas tidak tahu kenapa. Menjelang azan zuhur, aku yang sibuk dengan urusan dapur dan lauk makan siang sempat melirik Bella yang bangun dari keranjang tidurnya dan ia berjalan lunglai menuju gelas batu tempat minum kucing yang berdekatan dengan kabinet TV, dan sebelum kepalanya mencapai mulut gelas batu tempat air minumnya, tiba-tiba saja Bella terjatuh kuat kesisi kanan dan badannya menghantam kaki lemari TV. Aku dan Nida yang baru saja keluar kamar kecil spontan teriak bersamaan dengan kuat. 

"Eh, kenapa ko dek!" teriak Nida panik sambil meluru ke arah Bella. Adek adalah sebutan kami pada kucing-kucing dirumah selain memanggil nama mereka.

Aku yang sedang duduk memotong timun dan nenas tidak bisa mencapai tubuh Bella karena jarak yang jauh dan kondisi dudukku juga tidak memungkinkanku berdiri cepat. 

Saat aku selesai memasak, dan ingin masuk kekamar ada genangan air kental yang tidak sengaja kuinjak diatas lantai menuju pintu kamar. Tercium aroma amis, ternyata itu muntah Bella, muntah berwarna bening dan mengeluarkan aroma amis.Aku bergegas kekamar mandi sedangkan Nida dengan sigap segera membersihkan muntah tersebut sebelum cairan itu mengering diatas lantai.

Nida semakin panik dan khawatir melihat kondisi Bella, dan meletakkanya dikeranjang kembali setelah Bella minum. Aku memperhatikan kelakuan Bella yang sudah 4x bolak balik minum dalam rentang waktu yang cepat. Sesekali terdengar Bella menguwek (suara mau muntah tapi terdengar seperti tenggorokan tersedak) berkali-kali. Bella tertidur lemas di keranjang yang disediakan Nida, kuangkat keranjangnya dan kuletakkan disisi kanan dinding yang tidak terlihat kucing lain, dikhawatirkan mereka akan mengambil alih keranjang Bella untuk tidur. 

Sore harinya Nida membawa Bella berobat dan pulang dengan bekal obat pil panjang berwarna biru muda dan biru tua. Pil lainnya berwarna coklat berukuran lebih kecil dengan bentuk bulat. Sesuai instruksi dokter pil itu harus diberikan sebelum memberikan makanan recovery (pemuli kesehatan) khusus.

Usai Maghrib Nida memintaku untuk membantunya memegangkan Bella atau membuka lebar mulut Bella agar obat tadi mudah dimasukkan langsung kedalam tenggorokannya. Kasian Bella, beberapa kali dicoba obat tersebut tidak bisa masuk kedalam leher Bela yang kecil, sampai akhirnya atas  dasar rasa kasihan dan tidak tega mulut kecilnya dibuka paksa lalu disogrokan pil besar 2 butir kedalam mulutnya, namun tidak berhasi pil itu termuntah keluar. 

Aku sedikit heran kenapa dokter menyarankan obat seperti itu, sedangkan si kucing sedang tidak enak tenggorokannya. Aku marah pada Nida dan memintanya untuk melarutkan obat tersebut, namun Nida menolaknya tapi aku tetap tidak tega melihat mata Bella yang mengiba dan lemah. Aku bersikukuh meminta  tegas pada Nida untuk melarutkan isi pil itu dengan air,  dan menyuntikkan paksa kedalam mulut Bella. Akhirnya Nida menurutiku dan karena cara ini menurutku lebih baik dan meskipun  Bella akan menolaknya, bahkan bisa muntah beberapa kali. Kasian sekali Bella, kutatap matanya, pandangannya kosong dan nafasnya tersengal-sengal. Kasian sekali. Aku sedih sekali melihatnya. Setelah itu Niida membawa Bella kekamar belakang.

Diwaktu bersamaan ummi kedatangan tamu dari luar medan sehingga fokusku bukan pada Bela karena aku akan menyiapkan cemilan untuk dihidangkan pada tamu. Sesekali terdengar suara Bella dari kamar seperti lehernya tersedak sesuatu. 

"Yeeerrkkkg!!" dari kamar terdengar suara Bella mencoba memuntahkan sesuatu tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Kasian sekali Bella. Nida yang menjaga Bella sesekai terdengar memberi semangat dan berbicara pada Bela yang sedang sekarat. Terdengar seperti gila, tapi begitulah dirumah kami selalu mengajak komunikasi kucing-kucing untuk lebih mengerti beberapa hal dan alhamdulillah sebagian dari mereka ada yang pintar dan cerdas sebagian lagi harap maklumlah.
Bella yang sudah tiada 
Aku masuk kekamar usai mengambil air wudhu untuk shoat Isya, dikamar Nida sedang berwajah sedih memberikan minum pada Bella yang sekarat, aku sempat marah karena saat itu tidak tepat untuk melakukan hal itu disaat kritisnya dan Nida yang sedah diliputi rasa sedih marah dan setelah sedikit perdebatan mengenai proses pemberian air minum pada Bella yang sedang sekarat, kutinggakan Nida dikamar bersama Bella, tepat jam 11.45 WIB, kedua tamu yang menjenguk ummi sudah pulang dan aku dikamar tengah tidak perduli karena sedang menyelesaikan urusan lomba. Aku masih sibuk mengetik dan sampai melewati jam 12:00 AM, terdengar bunyi notifikasi dari grup whatsap keluarga menerima sebuah foto dengan judul, si Kakak sudah pergi, kakak adalah nama Bela yang lain. Ya allah kasiannya dia, aku keluar dari kamar tengah, Nida sedang dalam kondisi mata sembab karena menangisi kepergian Bella si cantik berbisul.

Bella sudah tenang dan sudah lepas dari semua penderitaan. Sedih pastinya tapi aku tidak bisa menyalahkan penyakit saja. Kucing blasteran memang sensitif dan memang punya makanan tersendiri sedangkan kami hanya mampu memberikan ikan rebus, hati rebus dan nasi. Dua bulan usia Bella dirumah ini cukup memberikan kenangan lucu dan indah. 

Selamat jalan Bella, we love you.
See you in the heaven sayang. I love you 💓💓💔

zikria Budiman | Women of Her Words
#Blog 25| | OUR LOVELY PET| MEDAN| 14.02.19| 8:25 AM
#catlover #medan #pencintakucing

Terima Kasih sudah membaca huruf demi Huruf yah guys!
Big Love ❤❤❤


Kamsahamnida , Sarang Haeyo 💓💓

Posting Komentar

11 Komentar

  1. Dulu hobi pelihara kucing, sampe ada yang udh pinter misal kalau pup pasti di wc hahaha
    Sekarang jg nggak jauh2 dr kucing, tp emang kucing2 liar yg disekitar lingkungan rumah. Kalau jam makan siang pasti dua/tiga kucing ngantri di dekat pintu dapur, menunggu sisa2 makanan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah kucing kami.beberpa ada yg gt. malah klo kita ke kamar mandi ngekor ditolak2 pintunya krn dia mau masuk jg. dikasi masuk..dibunyikan keran dia pipis ..baik budi hahah ..pelihara lagi bg awkaakha

      Hapus
    2. Kucingku dulu pinter ngusir ayam sama sekarang juga udah nggak pelihara kucing. Tapi kucing-kucing tetangga demennya di rumah

      Hapus
  2. Kalo kucing mau pergi, biasanya dia suka menyendiri.

    Dulu si pupus kanopus, bapaknya si bella a.k.a Rubella punya kami, begitu..
    Apa pun tak mau.
    cuma keluar kamar minum saja.
    Habis itu gak lama..sekitar 2-3 hari menyendiri dia pun pergi...

    BalasHapus
  3. Ini yang yang di postingan sebelumnya dibawak ke rumah sakit hewan kmrn kan kk?

    BalasHapus
  4. Sudah bisa jadi profesi ini, secara penyayang binatang sampai gitu detailnya perhatian. Salutttt 😀👍

    BalasHapus
  5. Aku dulu pernah punya kucing perisa peaknose. Aku kasih nama Milo. Pintar dan cerdas. Tapi begitu aku tinggal ke Batam sekitar tiga bulan, Milo mati. Dan itu sangat nyesek. Sedih banget

    BalasHapus
  6. Kalau hewan kesayangan sakit dan akhirnya mati sedih ya kak adekku dulu pernah gitu, sekarang gak berani pelihara kucing takut sedih lagi kalo ditinggal

    BalasHapus