Jum'at, 25 mei 2018|09 Ramadhan 1349 Hijriah|10:39 pm
Tarawih & Ta'jil
Alhamdulillah, tahun 2018 ini saya masih diberi Allah kesehatan dan kesempatan untuk menyambut dan menjalani puasa dengan baik bersama ummi, abang dan adik-adik. Bedanya adalah 2 tahun belakangan ini saya menjalaninya di Medan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya berpuasa sendirian di Batam bersama sahabat-sahabat sejati yang setia saat duka dan suka.
Bercerita tentang Ramadhan, maka akan ada juga cerita tentang sholat tarawih yang merupakan ibadah sunnah terberat, kenapa?? tanya kenapa? karena setiap Ramadhan semua orang akan mengalami godaan malas dan mengantuk sebelum waktu tarawih, efek samping dari rasa kenyang karena menyantap ta'jil dengan nafsu makan yang membludak ketika berbuka puasa dan yang dimakan banyak sekali layaknya hidangan saat kenduri 😁. Selain rasa kantuk dan malas, penyebab lainnya adalah undangan berbuka puasa bersama teman atau komunitas diluar rumah yang diadakan dihotel atau direstoran yang disepakati dan pastinya selesai menjelang waktu 'Isya atau setelah selesai taraweh dikarenakan kelamaan mengobrol atau berphoto ria. Seperti ilustrasi dibawah ini, kejadian nyata di Batam. (saya sendiri pernah lalai, menyesalnya 😣).
Buka puasa bersama sahabat dan Dosen kampus saya di Batam | sumber photo : Koleksi Pribadi penulis |
Astaghfirullahall'azhim.. (jangan istighfar sambil nyanyi iklan Ramayana ya!).
Semoga Allah menjauhkan kita dari kemalasan beribadah, Aamiin.
Sesungguhnya bulan Romadhan ini merupakan ladang pahala yang sangat luar biasa.
Hari Raya 1 Syawal & THR (Tunjangan Hari Raya)
Nah, bercerita tentang Ramadhan tak luput juga dari kisah persiapan hari raya 1 Syawal. Puncak dari perjuangan Ramadhan adalah kebahagiaan dihari lebaran, hari raya 1 Syawal juga membuat kita antusias dalam mempersiapkan segala kebutuhan seperti lampu hias dimalam raya, kue raya, baju raya, hidangan di pagi raya, oleh-oleh raya untuk dibawa pulang kampung, dan yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang dari berbagai usia dan golongan dikampung yaitu uang tunjangan hari raya atau yang lebih dikenal dengan singkatan THR (baca teha-er) yang harus disiapkan oleh orang-orang yang sudah menikah atau sudah bekerja.
Seminggu sebelum lebaran kaum ibu rumah tangga pasti memenuhi antrian di beberapa bank terdekat guna menukar uang besar menjadi uang recehan kertas bernilai Rp. 2000,-, Rp. 5.000,- atau Rp. 10.000,-. Hal ini agar uang THR terdistribusi kepada anggota keluarga dengan baik. THR juga akan lebih terlihat mahal dan rahasia nilainya jika saja diberikan dengan menggunakan amplop lebaran yang berbentuk seperti angpao (hanzi). Bedanya angpao saat Gong Xi Fat Chai biasanya berwarna merah sedangkan amplop lebaran didesain dengan warna-warni dan terkadang didesain dengan karakter unik atau tulisan kalimat indah seperti pantun, atau puisi malah terkadang ada kalimat-kalimat ungkapan lucu dan bersahaja.
Amplop lebaran terkini, lucu dan unik | sumber photo: www.kekida.com |
Biasanya amplop lebaran berkarakter seperti ini disiapkan untuk anak-anak karena ukurannya juga kecil. Khusus amplop lebaran untuk Orang dewasa biasanya berukuran sedikit besar dan pada bagian depannya terdapat gambar masjid sebagai ikon tempat beribadah ummat islam.
amplop lebaran untuk instansi Malaysia Air Lines | Sumber Photo : google |
Dua Hal yang sangat saya tunggu dan selalu saya rindukan adalah suara takbir bergema dimalam raya dengan iringan tim pembawa bedug dan suara takbir sebelum pelaksanaan sholat raya dan satu lagi hal yang sangat saya tunggu adalah prosesi sungkeman setelah sholat raya. Malam hari raya biasanya dikampung saya di Kuttacane atau di Brandan akan ada parade keliling kampung sambil bertakbir bersama warga membawa bedug menggunakan pickup dan melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Remaja laki-laki saja yang diizinkan untuk ikut berparade ini karena acara biasanya selesai menjelang dini hari. Titik kumpulnya adalah masjid dikampung tersebut, biasanya yang akan ikut "takbiran" (istilah parade ini) menaiki bus atau mobil pickup. Khusus team pembawa bedug didepan dan bus pengiring dibelakang. Ramai sekali saat itu. Kami kaum perempuan biasanya masak untuk hidangan esok pagi, dan sebelum tim takbir melintas didepan rumah, kami akan setia menunggu mereka diteras rumah, terkadang kami juga berteriak atau melambai-lambai ke arah bus pengiring jika ada yang kami kenal dan setelah mereka jauh dari pandangan kamipun masuk kembali kerumah melanjutkan pekerjaan masak memasak yang sempat terhenti.
Ilustrasi malam takbiran | sumber photo : Kaskus.com |
Ada rasa bahagia dan juga sedih saat mendengar gema takbir. Kedua perasaan tersebut bercampur aduk. Bahagia karena Allah masih memberikan kesempatan umur yang panjang sehingga saya bisa berpuasa dan lebaran, sedangkan rasa sedih saya muncul karena anggota keluarga yang menyambut lebaran ditahun-tahun sebelumnya tidaklah sama dengan tahun ini, ada yang sudah tiada dan ada anggota keluarga yang bertambah. Seperti Alm. Buya (ayah saya) yang sudah tiada sejak Januari tahun 2007, jadi kami menyambut lebaran hanya berlima saja, menyusul juga paman yang saya sayangi bulan October di tahun yang sama, lalu almarhum kakek yang sudah tiada sejak tahun 2009, dan terkahir sepupu terdekat saya yang saya anggap seperti kakak sendiri juga meninggalkan saya sejak tahun 2011. Saya harus ridho karena yang hidup pasti akan mati meski tidak tahu kapan dan dimana.
Hanya kami berlima lebaran dikampung | Sumber photo: koleksi pribadi |
Pagi Syawal, semua orang dikampung saya beramai-ramai pergi ke lapangan untuk melaksanakan sholat raya, dari yang kecil hingga dewasa semua mengenakan pakaian berwana putih, bahkan pernah sekali, cuaca sangat panas semua orang hanya mengenakan warna putih, mata saya menjadi silau efek dari pantulan cahaya dari semua baju jemaah itu diiringi dengan surat takbir yang merdu. Satu kata saja cukup menggambarkan suasana itu, Allahuakbar. Suasana itu tidak akan pernah saya temui kecuali saat hari Raya saja.
Saya mengenakan mukena berwarna kuning (lebaran tahun 2015)| sumber photo : koleksi pribadi |
Warna -warni Mukenah jemaah sholat Raya di Lapangan Engku Putri| Sumber Photo : Koleksi Pribadi penulis |
Usai sholat Raya, saya dan beberapa anggota keluarga yang melaksanakan sholat bergegas kembali kerumah. Semua keluarga sudah berkumpul karena perbedaan jam pelaksanaan sholat jadi ada sebagian kampung yang sudah selesai dan ada yang belum. Semua anggota keluarga berkumpul diruang tamu. Jujur, untuk pertama kalinya prosesi sungkeman yang saya ingat adalah tahun 2012 setahun setelah kepergian Kak Juli sepupu saya. Saat itu saya menjadi orang kedua yang melakukan sungkeman kepada paman saya ayah dari Kak Juli, disitu saya tidak dapat menahan haru dan sedih karena saya bukan melakukan sungkeman pada ayah saya, tapi pada paman saya yang menjaga saya dan abang saya selama 3 tahun.
Berhari Raya bersama Nenek di Kutacane, tahun 2015| Sumber photo : Koleksi Pribadi Penulis |
Saya sempat merasa sedih karena lebaran sebelumnya saya tidak pernah melakukan sungkeman pada tetua yang ada dikeluarga saya, karena saya selalu berhari raya di Malaysia bersama Ummi (panggilan untuk ibu saya) dan Buya (panggilan untuk ayah saya) disana jarang sekali sungkeman hanya bersalaman biasa saja jadi wajar tidak ada momen haru seperti di Indonesia, bahkan jika boleh jujur pada ayah saya saja saya tidak ingat kapan saya melakukan sungkeman dikarenakan setiap tahunnya pasti buya menjadi penceramah sehingga prosesi sungkeman terlewatkan begitu saja karena saat buya pulang dari tempat ceramah kami langsung bergegas ke tempat undangan dari beberapa sahabat buya di Malaysia yang melakukan Open House atau undangan makan ketupat lebaran. Undangan Open house di Malaysia sangat lumrah dilaksanakan di hari pertama, jadi satu hari kami bisa mengunjungi 5-15 rumah hanya untuk makan dan mendapatkan amplop lebaran (eits, amplop hanya diberikan pada anak-anak saja). Panen besar saya dan adik-adik kalau lebaran.😁
Ilustrasi Open House di Malaysia | Sumber photo : Google |
Amplop Lebaran
Satu lagi yang berbeda antara sambutan lebaran di Malaysia dan di Indonesia, jika setiap malam 1 Syawal orang-orang dikampung saya di Kutacane atau Brandan melakukan parade takbir sambil membawa bedug berkeliling kampung dan kota, kalau di Malaysia pada malam 1 Syawal usai sholat isya semua jemaah laki-laki akan berkumpul di Surau (sebutan mushollah di Malaysia) dan mulai mengumpulkan massa yang terdiri dari anak laki-laki atau remaja laki-laki untuk berkeliling dikomplek perumahan sambil bertakbir dan mengunjungi setiap rumah, dengan jumlah orang atau anak-anak yang ikut mencapai 25 - 30 Orang. Mereka akan bertakbir dari Mushollah menuju setiap rumah dan tugas dari si tuan rumah adalah memberikan tempat yang layak dan sedikit makanan ringan serta minum untuk para jemaah ini masuk untuk bertakbir dan berdoa bersama, berdoa untuk keberkahan, keselematan dan kebahagiaan tuan rumah. Seluruh Jemaah akan mengamini, untuk setiap rumah hanya di beri waktu 5-10 menit saja dan nantinya setelah selesai acara doa anak-anak disuruh mengantri dengan tertib, dan tuan rumah akan memberikan amplop lebaran kepada anak-anak sebagai ucapan terima kasih.
Pengalaman saya di tahun 2001 sebagai anak dari tuan rumah, saat malam 1 Syawal dari jauh saya melihat rombongan jemaah Surau sudah selesai dirumah pakcik X, saya dengan cepat memberitahu ummi dan kedua adik saya Nida dan Niza untuk segera berkemas dan mempersiapkan jamuan ringan yang akan dihidangkan. Nida dan Niza kebagian tugas memasukkan uang kedalam amplop lebaran yang sudah saya buat sendiri dari 1 minggu sebelumnya. Saya ingat sekali, amplop lebaran itu terbuat dari kertas kado berbahan kertas lux bercorak songket Melayu berwarna emas dengan dasar warna merah marun. Saat itu saya suka membuatnya karena memang saya ingin hemat saja tidak membeli amplop lebaran, hehehe. Amplop lebaran yang saya buat saat itu ada 25 pcs kalau tidak salah, karena sudah kama sekali jadi lupa.
Motif Songket dari kertas kado yang saya jadikan amplop lebaran | Sumber Photo : Google |
Uang RM 1 (dibaca 1 Ringgit Malaysia) | Sumber Photo : Google |
Semoga apa yang saya tulis bisa memberikan manfaat pada sahabat yang membaca, dan terima kasih atas waktunya. Insyaallah saya akan kembali dengan cerita dan pengalaman lainnya. Semua yang saya paparkan disini adalah kisah nyata dan tidak ada tambahan bumbu-bumbu cabe atau remah-remah kerak gorengan. 😄😄
Semangat puasanya sampai ketemu di 1 Syawal 1349 Hijriah nanti.
#Blog 12| |MY LIFE STORY| Located : INDONESIA |25.5.18| 22:44PM
11 Komentar
Wawww thr seneng kali lahh dpt thr
BalasHapusiya.. seru kali mbak.. cuman klo dah usia tua gini tp masik single malu banget dikasi THR hahhaha
HapusRaya dimana mbak tahun ini? heheh
anak raudhah juga ya ? alumni tahun berapa dek? ya ampon kakak tamat tahun 2008 loh..adek<
HapusWah, ceritanya seru kali, tapi jauh ya, kalau lebaran ke malaysia, terus kalau merayakan malam 1 syawal memang di beda tempat beda caranya ya, pastinya masing-masing punya keseruan yang berbeda, wahh
BalasHapusiya mas arif, itu waktu masih ada almarhum ayah, kebetulan sekali beliau ambil master dan Doctor disana.. jadi ikotan tinggal disana, iya beda tempat beda acara dan kegiatan. hehehe
Hapusmasnya lebaran dimana tahun ini, smoga dapat THR ya hahhaa
wah, kalau tahun ini sih saya lebarannya di rumah aja sih, ya keliling kampung aja sih, ngabisin kue tetangga :D
HapusSeruuu dapat THR yeeeeeee. Berkah THR nya apalagi kalau isinya banyak hehehe
BalasHapusIya mbak.. rasanya tangan ini gatal kalo dapatnya dikti hahahaha
HapusRaya tahun ini masik dapat gak ya kita2?
Wah, amplop dengan corak batik bener-bener kreatif dan menunjukkan ciri khas Indonesia. Pasti senang, dapat THR dengan amplop itu.
BalasHapusiya mbak dimalaysia jarang buat amplop begitu di zaman itu mbak hahaha.. jaaman jadul
Hapusbtw maaci mbak dah diuji hhaha
Aku selalu menanti momen maaf maafan karena habis itu nunggu dapat THR. Lumayan buat jalan jalan Kalau dapat THR. Hihihi
BalasHapus